Kamis, 10 April 2014

ILMU KUNCI KAROMAH SYAHADAH



BISMILLAH AR RAHMAN AR RAHIM

Saya pamerkan di sini Ilmu Kunci Karomah Syahadah warisan para Waliy ( Ilmu ini dari Tanah Seberang sepertimana bahasa tulisannya) untuk tatapan dan kajian pihak tuan-tuan agar anda sedar bahawa Ilmu Haq tidak lah susah untuk di pelajari dan amalkan asal sahaja anda sudah mendekatkan diri kepada Yang Maha Esa dengan terlebih dahulu mempelajari Ilmu Mengenal Diri dan mempelajari Sifat-Sifat-Nya (Sifat 20) dan Nama-Nama-Nya (Asma Al Husna)

Tidak perlu "bertapa", "puasa mutih" atau mewiridkan sekian banyak ayat-ayat untuk mendapatkan barokahnya, itu sebenarnya memanggil khadam. Kita hanya perlu memohon kepadaNya. Hanya DIA Yang Maha Berkuasa, Berkehendak, Yang Maha Hidup, Maha Berilmu, Yang Maha Melihat. Mendengar dan Berkata-kata. Kita ni makhluk yang hina, La haulawala quwwatailla billah aliyil azim.

Amaran : titipan ini hanya untuk pengetahuan sahaja. Kalau mahu berguru dan mengamalkannya, kena cari gurunya yang bersambung ilmunya kepada Rasulullah. Kerna Ilmu ini ada persamaannya dengan Ilmu Syahadah amalan saya maka saya berikan contoh amalannya sahaja. Ingat , ini ILMU KAROMAH , maka kaedah pengamalannya juga mesti mengikut seperti yang di contohkan Baginda Rasul

-----------------------------------------------------------------


Ilmu :
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu

Ilmu adalah segala sesuatu yang yang kita ketahui, kita percayai, kita yakini, dan kita terapkan di dalam kehidupan ini. Ilmu dapat bersifat nyata atau pun abstrak. Dan amal ialah kesanggupan untuk melaksanakan ilmu yang telah dipelajari yang mengikat diri pribadi seseorang secara tulus dan ikhlas.

Ilmu menurut Islam tidak dapat dipisahkan dari sumbernya. Sumber ilmu tersebut adalah Al-'Alim (Maha Tahu) dan Al-Khabir (Maha Teliti). Hal ini dijelaskan dalam Al-Quranul Karim pada surat Al An'aam ayat 59:

"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)".

Karena sumber ilmu itu adalah Allah dan karena La-khaliqa- illa-Allah, maka ilmu itu disampaikan kepada manusia melalui dua jalur.

Jalur pertama, disebut sebagai Atthariqah Ar-rasmiah, yaitu jalur formal/resmi. Ilmu yang disampaikan melalui jalur ini adalah ilmu formal sering disebut sebagai revelation (wahyu). Karena ilmunya ilmu formal, maka pembawanya juga merupakan pembawa formal yaitu Ar-rusul (
rasul). Objek dari ilmu formal ini disebut Al-ayat Alqauliyah yang redaksinya juga formal (tidak ditambahi/dikurangi atau dirobah). Tujuan dari ilmu formal ini adalah minhaj-ul hayah (Pedoman Hidup).

Dalam surat Al-Baqarah ayat 2 dijelaskan :

"Kitab (Al-Quran) ini tiada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa". Karena sudah dijelaskan bahwa Al-Quran itu tiada keraguan didalamnya, maka nilai kebenaran yang dikandung oleh Al-Ayat-Alqauliyah ini adalah nilai Al-haqiqat Al-mutlaqah (kebenaran mutlak).

Jalur kedua, disebut sebagai Atthariqah ghairu rasmiah (jalur informal). Pada jalur ini ilmu itu disampaikan melalui ilham (inspiration) secara langsung dan siapapun bisa mendapatkannya sesuai dengan iradat-Allah. Objek dari ilmu informal ini adalah Al-ayat Alkauniah dan tujuannya adalah wa sailul hayah (perbaikan sarana hidup). Adapun nilai kebenaran ilmu yang
diperoleh pada jalur ini disebut sebagai Al-haqiqah attajribiah (kebenaran eksperimental) atau empiris.

Walaupun jalur memperolehnya berbeda namun pada dasarnya kedua jalur ini saling berkaitan satu dengan lainnya. Al-ayat Alqauliyah merupakan isyarat ilmiah terhadap Al-ayat Alkauniyah, sedangkan Al-ayat Alkauniyah merupakan Al-burhan (memperkaya penjelasan) terhadap Al-ayat Alqauliyah. Kedua jalur ini akhirnya bermuara pada kemaslahatan manusia.

Pada dasarnya Al-ayat-Alqauliyah yang tertera didalam Al-Quran sekurang-kurangnya memiliki 3 macam isyarat.

Pertama, disebut isyarat ilmiah, yang memerlukan sikap ilmiah (riset) untuk mendalaminya.
Kedua, disebut isyarat ghaibiyah (gaib), yang memerlukan sikap beriman untuk memahaminya.
Dan ketiga, disebut sebagai isyarat hukmiyah (hukum) yang memerlukan sikap kesediaan untuk mengamalkannya. Kadang-kadang sering terjadi kerancuan dalam bersikap terutama dalam menangkap ketiga jenis isyarat tersebut.

Karomah :

Karomah secara etimologi berasal dari kata berbahasa Arab "karoma" yang artinya hormat/menghormati/penghormatan/pemuliaan. Karomah dalam terminologi ulama ilmu tauhid adalah hal/perkara atau suatu kejadian yang luar biasa diluar nalar dan kemampuan manusia awam yang terjadi pada diri seorang wali Alloh.

Munculnya karomah pada diri seorang wali Alloh adalah sebagai penghormatan/pemuliaan terhadap dirinya dan sebagai isyarat dari Alloh bagi terkabulnya/diterimanya eksistensi diri seorang wali tersebut di sisi Alloh.

Karamah secara bahasa adalah kemuliaan, namun secara istilah dalam agama maka banyak makna yg berbeda, yaitu pada muamalah (pergaulan) karamah adalah orang yg mulia dan dermawan, pada Bab Tasawwuf karamah adalah kelebihan yg Allah berikanpada orang yg shalih berupa keajaiban.

Allah berfirman "Inna alromakum 'indalloohi atqookum"...Sesungguhnya oarng yang paling mulia diantara kalian disisi Allah adalah yang paling bertakwa.
Jadi kalau melihat ayat ini jelas kedudukan seseorang yang paling mulia adalah dia yang bertakwa.dan orang yang bertakwa dengan sndirinya dialah wali Allah.

Wali sebagaimana artinya adalah kekasih.Wali Allah adalah berarti kekasih Allah.Kenapa dia dikasihi?..tentu karena ketakwaannya.Secara simpel arti takwa itu sendiri adalah imtitsalu awaamirillah wajtinabu nawaahiihi yakni menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan Nya.

Siapapun muslim,dari keturunan ulama atau bukan,dari keturunan pejabat atau rakyat...semua bisa jadi wali dengan syarat iman da takwa.Seorang wali memperoleh derajat mulia dan tinggi disisi Allah karena perjuangan dan juhudnya serta usaha kerasnya untuk selalu beribadah dan dekat dengan Allah SWT.Hingga akhirnya sampailah ia menjadi orang yang dikasihi Allah.Hidupnya menjadi tenang dan damai.Dunia sudah tak lagi menghawatirkannya,tak lekat dihatinya.Semua problem kehidupan bukan lagi jadi beban tapi menjadi suatu hal yang lezat untuk dinikmati.Ia sudah menjadi kekasih Allah.Jika sudah menjadi kekasih maka setiap apa yang dimintanya akan mudah dikabulkan Allah.


Dan sebelum memulainya ana berikan beberapa pertanyaan2 yg sering diajukan ....

Okeh kita Mulai " BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM" :

Beberapa Pertanyaan yg sering Diajukan :

● Apa Keilmuan sudah di praktekan langsung atau sekedar Copas ?
Keilmuan ini Insya Allah sudah dipelajari Ana, dan bukan sekedar Copas

● Apakah tidak berbahaya belajar Tanpa Guru ?
Keilmuan ini bukan utk menjadi lebih Sakti dan Hebat, tetapi agar kita menjadi lebih dekat kepada Allah karena di Keilmuan ini 100% hanya memohon Ikhlas & Ridho dari Allah

● Apakah keilmuan ini menggunakan Khodam atau Bantuan dari Mahluk Ghaib ?
Silahkan sendiri merasakan, takutnya masing2 orang mempunyai penilaian sendiri atas sensasi & hasil yg dicapai. Tapi intinya adalah ilmu ini tidak menggunakan bantuan dari Mahluk Ciptaan Allah krn kita memohon hanya kepada Nya.

● Apakah pasti semua orang dapat menguasai ilmu ini ?
Insya Allah bisa ,Syaratnya : Muslim, Ikhlas , Yakin serta bukan untuk sekedar hanya sebagai koleksi keilmuan semata.
Adapun Terbukanya IKKS ini waktunya ada yg sangat mudah, Ada yg sulit dan membutuhkan waktu lama bahkan ada yg sampai lama sekali baru terbuka. Kenapa? Hanya Allah yg Maha Mengetahuinya krn kita memohonnya kepada Allah

● Apakah ilmu ini khusus utk Muslim saja ?
Jawabnya IYA, karena Syahadat/ Pengucapan Dua kalimat Syahadat hanya bagi orang Muslim

● Apakah ada kemungkinan bagi Non Muslim secara diam2 mempelajarinya dan berhasil menguasai ilmu ini ?
Tidak ada yg tidak mungkin Jika Allah berkehendak, Bisa saja bagi yg Non Muslim terbuka karomahnya dan dpt menguasai keilmuan ini. Masalahnya apakah pengucapan Syahadat yg diucapkannya hanya sekedar utk belajar keilmuan ini atau Syahadat dalam arti sebenarnya.

● Berapa lama waktunya untuk menyelesaikan masing2 jurus nya ?
Masing2 orang berbeda2 dlm penyelesaian masing2 jurusnya, umumnya utk 1 jurus antara 5-15 menit dan beberapa ada yg berjam2 ( 2-4 )

● Apakah tdk masalah jika kita telah mempelajari keilmuan lain yg beraneka macam sebelumnya ?
Insya Allah tdk apa2 keilmuan ini beriringan dgn keilmuan yg telah dimiliki sebelumnya, dengan catatan ilmu yg dimiliki bukan ilmu hitam, karena jika memiliki ilmu hitam dan mempelajari keilmuan ini, jgn kaget jika dlam gerakan jurus yg dilakukan bisa muntah2 atau kadang2 gerakannya seperti membuang sesuatu yg negatif dalam tubuh dan kadang2 memukul diri sendiri . oleh sebab itu penyelarasan sangat diperlukan dan cukup dilakukan 1 kali saja.

● Setelah Tamat Jurus/ Gerakan IKKAK apakah saya boleh mengulang dari awal lagi atau boleh melakukan gerakan/jurus sesuai dgn keinginan. ?[/b]
Jawabannya : Boleh

● Sholat Saya Bolong2 dan Juga puasa saya apakah saya bisa mempelajari keilmuan ini ?
Hanya Allah yang maha tahu nilai Ibadah kita juga keimanan & Ke Islam an kita dan tidak ada yang mustahil bagi Allah jika sdh berkehendak.

● Kenapa hanya 2 bagian saja dari 6 tahapan yang diberikan oleh TS nya ?
Untuk belajar yg seperti pada tahapan2 lainnya bisa diperoleh di IKKAK dan setelah saya melihat belum ada yg sharing Keilmuan untuk Menguasai Macam2 Bahasa dengan keilmuan Karomah maka saya coba utk berbagi.

● Apa Syarat utk mempelajari keilmuan secara lengkap :
- Pada saat acara kumpul2 yg diadakan, maka peserta dapat memperoleh keilmuan secara langsung dan tidak ada biaya apapun
-Bagi Non Muslim yg ingin mempelajari keilmuan secara lengkap dan menjadi seorang Muslim, akan memperoleh detail keilmuan serta bimbingan sampai berhasil tanpa ada biaya sedikitpun

● Apakah belajar jarak jauh dengan belajar secara langsung hasilnya akan sama?
Insya Allah hasilnya akan sama dan yang membedakan kemampuan antara yang satu dengan yang lainnya adalah ke Yakinan kita, ke Ikhlasan kita serta kadar latihan2 yang kita lakukan.

Demikian beberapa pertanyaan dari banyak pertanyaan yang sering diajukan, lebih kurangnya saya minta maaf, selamat mengamalkan Ilmu ini dan semoga dapat berguna bagi kita semua.. Amin

Kita Mulai Materi Keilmuannya :
Maaf ana hanya Share 2 tahap dari 6 Tahapan IKKS...

KUNCI KAROMAH SYAHADAT JARAK JAUH


Untuk Memulai Pembelajaran “Kunci Karomah Syahadat” Jarak jauh terlebih dahulu ada beberapa langkah / tahapan sebelum memulainya :

Langkah Pertama :

-Silahkan Anda duduk Bersila dengan tangan terbuka ( Posisinya persis seperti saat kita berdoa kepada Allh SWT atau posisi Tangan/siku seperti Kita sedang membawa Bendera saat upacara )
-Tarik Nafas dalam-dalam dan atur nafas agar teratur
-Lemaskan semua otot tangan kita ( jangan tegang )
-Kosongkan pikiran dan fokus atas hal yang ingin kita pelajari
-Tanamkan Keyakinan pada diri sendiri
-Pasrah dan Ikhlas Lahir Bathin dalam mempelajari Keilmuan ini.

Langkah kedua :

-Menetralisir dan menyelaraskan Ilmu yang kita miliki, baik yang kita dapatkan dari belajar melalui guru, belajar sendiri , Ilmu isian ataupun bawaan dari lahir, dll

-BACA : Ya Allah Saya mohon Iklash dan Ridho Nya untuk Mempelajari “KUNCI KAROMAH SYAHADAT “ Mu yang sempurna

-Ya Allah saya Mohon dengan Ikhlas dan Ridho Nya Untuk mempelajari “Kunci Karomah Syahadat “ yang sempurna dan dengan Izin Mu melalui .............,saya ingin diselaraskan Keilmuan saya serta dibukakan Kunci Karomah Syahadat Nya yang Sempurna

-Baca surat Alfatihah

-Ucapkan Alhamdulillah


Setelah langkah pertama dan kedua sudah dilakukan maka barulah kita mulai untuk mempelajari “Kunci Karomah Syahadat” dan Insya Allah apa yang akan kita pelajari akan bermanfaat ( maaf Ilmu ini khusus untuk Muslim )

Tahapan Kunci Karomah Syahadat :

1. Pembukaan Karomah Syahadat &Jurus IKKS ( Ada 199 Jurus )
2. Bahasa Ghaib
3. Obrolan Bathin
4. Penerawangan
5. Raga Sukma
6. Sabda Pendengar


I. PEMBUKAAN KAROMAH SYAHADAT ( IKKS )

Bacaan : PEMBUKAAN KAROMAH SYAHADAT

●BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM
Ya Allah Saya Mohon Iklas & Ridho Nya
Ya Allah Saya Minta dibukakan Karomahnya Syahadat yang Sempurna

● Baca dua kalimat Syahadat

● Ya Allah... Ya Allah.... Ya Allah....... Lafalkan kalimat Ya Allah terus menerus



I. PEMBUKAAN JURUS ILMU KUNCI KAROKAH SYAHADAT ( IKKS ) :

● BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM
Ya Allah, Saya Mohon Iklas & Ridho Nya
Ya Allah, Saya Minta dibukakan Karomahnya Syahadat yang Sempurna
Ya Allah, Saya Minta dibukakan Jurus 1 (pertama) nya yang sempurna

● Baca : Dua kalimat Syahadat ( dalam hati/dengan suara )

● Baca /Lafaskan dalam hati/ dgn suara :

● Ya Allah... Ya Allah.... Ya Allah....... Lafalkan kalimat Ya Allah terus menerus

LATIHAN JURUS KE- 2 , dst :

●BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIM

Ya Allah, Saya Mohon Iklas & Ridho Nya
Ya Allah, Saya Minta dibukakan Karomahnya Syahadat yang Sempurna
Ya Allah, Saya Minta Meningkat ke Jurus 2 (kedua) nya yang sempurna
( demikian utk meneruskan ke jurus2 selanjutnya )

●Baca : Dua kalimat Syahadat ( dalam hati/dengan suara )

● Baca /Lafaskan dalam hati/ dgn suara :
Ya Allah... Ya Allah.... Ya Allah....... Lafalkan kalimat Ya Allah terus menerus


Keterangan :

● Jurus Wajib IKKS ada : 199 Jurus dan Silahkan Menyelesaikan Latihan Jurusnya / Khatam Jurus nya, setelah itu baru ke tahapan Selanjutnya, Insya Allah

● Tanda mengetahui sudah terbukanya karomah, adalah setelah tangan kita bergerak dan akhirnya berhenti dgn sendiri nya maka penyelarasan/ Gerakan atau Jurus dianggap selesai .
Utk mengetahui nya , silahkan kepalkan kedua tangan yg keras dan ucapkan dalam hati dan suara yg keras ( Allahu Akbar.. terus menerus ), jika tangan bergetar dan berguncang2 Insya Allah berarti IKKS sdh terbuka. Silahkan berhenti mengucapkan Allahu Akbar, dgn demikian Sdh terbuka karomahnya.

Catatan* :

• Untuk Jurus Kunci karomah Syahadat memiliki 199 Jurus

• Gerakan Jurus akan sempurna Jika Pembukaan Karomah Syahadat sudah
Sempurna.

• Sempurnanya Pembukaan Karomah Syahadat adalah , jika dalam pembukaan
tersebut posisi tangan /kedua tangan akan saling terbuka/melebar dan akan
membuat suatu gerakan , gerakannya seperti suatu Jurus.

• Baik Pembukaan Karomah Syahadat ataupun Latihan Jurus/suatu Jurus
tertentu dapat dilakukan baik dengan cara berdiri ataupun duduk. Jadi
lakukan yang paling nyaman dan aman .

• Latihan hanya boleh dilakukan dalam Ruang tertutup, spt kamar atau dalam
Rumah dan tdk boleh dilakukan diluar rumah atau dalam kendaraan.

• Untuk Melanjutkan Ke Tahapan Selanjutnya, yaitu Bahasa Ghaib maka
harus Khatam Jurus ( 199 Jurus )

Mudah2an ilmu ini Insya Allah dapat berguna atau setidaknya .. mohon maaf atas segala kekurangannya

ilmu silat karomah

syeikhthanauddin.blogspot.com/

Selasa, 08 April 2014

HIZIB AL BAHR


2 Votes

Hizib Al Bahr   .As Syaikh Abul Hasan Asy Syadzily terkenal sebagai seorang yang memiliki banyak rangkaian doa yang halus dan indah, disamping kekayaan berupa khazanah hizib-hizibnya. Salah satu hizib beliau yang terkenal sejak dulu hingga sekarang adalah hizib Bahr dan hizib Nashor. Kedua hizib tersebut banyak diamalkan oleh kaum muslimin diseluruh dunia, terlebih ulama-ulama besar, kendati sebagian dari mereka tidak mengikuti thoriqot asy syaikh.
Hizib Bahr adalah hizib yang di terima Syaikh Abu Hasan asy Syadzili langsung dari Rasulullah SAW berkaitan dengan lautan yang tidak ada anginnya. Sejarah diterima hizib bahri adalah sebagai berikut : Pada waktu itu asy syaikh Abul Hasan Asy Syadzili tengah melakukan perjalan ibadah haji ke tanah suci. Perjalanan itu diantaranya harus menyeberangi laut merah. Untuk menyeberangi lautan itu sedianya beliau akan menumpang perahu milik seseorang yang beragama nasrani. Orang itu juga akan berlayar walaupun berbeda tujuan dengan asy syaikh. Akan tetapi keadaan laut pada waku itu sedang tidak ada angin yang cukup untuk menjalankan kapal. Keadaan seperti itu terjadi sampai berhari-hari, sehingga perjalannapun menjadi tertunda. Sampai akhirnya pada suatu hari, asy syaikh bertemu dengan baginda Rasulullah SAW. Dalam perjumpaan itu, Rasulullah SAW secara langsung mengajarkan hizib Bahri secara imla’ (dikte) kepada syaikh. Setelah hizib Bahri yang baru beliau terima dari Rasulululah SAW itu beliau baca, kemudian beliau menyuruh si pemilik perahu itu supaya berangkat dan menjalankan perahunya. Mengetahui keadaan yang tidak memungkinkan, karena angin yang diperlukan untuk menjalankan perahu tetap tidak ada, orang itupun tidak mau menuruti perintah asy syaikh. Namun asy syaikh tetap menyuruh agar perahu diberangkatkan. “Ayo, berangkat dan jalankan perahumu ! sekarang angin sudah waktunya datang “, ucap asy syaikh kepada orang itu. Dan memang benar kenyataannya, angin secara perlahan-lahan mulai berhembus, dan perahupun akhirnya bisa berjalan. Singkat cerita alkisah kemudian si nasrani itupun lalu menyatakan masuk islam. Berkata syaikh Abdurrahman al Busthomi, “Hizbul Bahri ini sudah digelar di permukaan bumi. Bendera hizbul bahri berkibar dan tersebar di masjid-masjid. Para ulama sudah mengatakan bahwa hizbul bahri mengandung Ismullohil ‘adhom dan beberapa rahasia yang sangat agung. Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami al-Kutub wa al-Funun, Haji Khalifah seorang pustakawan terkenal asal Konstantinopel (Istanbul Turki) menulis berbagai jaminan yang diberikan asy Syaikh Abul Hasan Syadzili dengan Hizib Bahrinya ini. Di antaranya, menurut Haji Khalifah, Asy Syaikh Syadzili pernah berkata: Seandainya hizibku (Hizib Bahri, Red.) ini dibaca di Baghdad, niscaya daerah itu tidak akan jatuh. Mungkin yang dimaksud Asy Syaikh Syadzili dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad ke tangan Tartar,Wallahu a’lam. Bila Hizib Bahri dibaca di sebuah tempat, maka termpat itu akan terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abul al-Hasan, seperti ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun. Haji Khalifah juga mengutip komentar ulama-ulama lain tentang Hizib Bahri ini. Ada yang mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib Bahar, ia tidak mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahri ditulis di pintu gerbang atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek orang dan seterusnya. Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahri dengan kontinu, akan mendapat perlindungan dari segala bala’. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya. Banyak komentar-komentar, baik dari Asy Syaikh Syadzili maupun ulama lain tentang keampuhan Hizib Bahri yang ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun jilid 1 (pada entri kata Hizb). Selain itu, Haji Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib Bahri telah disyarahi oleh banyak ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman al-Syadzili, Syaikh Zarruq, dan Ibnu Sulthan al-Harawi. Seperti yang telah disampaikan dalam manaqib Asy Syaikh Syadzili, bahwa menjelang akhir hayat beliau, asy syaikh telah berwasiat kepada murid-murid beliau agar anak-anak mereka, maksudnya para murid thariqah syadziliyah, supaya mengamalkan hizib Bahri. Namun untuk mengamalkan Hizib ini seyogyanya harus melalui talqin atau ijazah dari seorang guru yang memiliki wewenang untuk mengajarkannya. Seseorang yang tidak mempunyai wewenang tidak berhak mengajarkannya ataupun memberikan hizib ini kepada orang lain. Hal ini merupakan adabiyah atau etika dilingkungan dunia thariqah.
Secara harfiah Hizib dapat diartikan sebagai golongan, atau kelompok bahkan ada yang mengartikan sebgai tentara, Kata Hizib muncul di Al-Quran sebanyak beberapa kali yaitu :
1. Surat Al Maaidah ayat 56 :
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
“Dan barang siapa yang menjadikan Allah ta’ala, RosulNya dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpin, maka sesungguhnya Golongan (Hizbu) Alloh-lah sebagai pemenang”.
2. Surat Al Kahfi ayat 12 :
ثُمَّ بَعَثْنَاهُمْ لِنَعْلَمَ أَيُّ الْحِزْبَيْنِ أَحْصَى لِمَا لَبِثُوا أَمَدًا
“Kemudian Kami bangunkan mereka, agar Kami mengetahui manakah diantara kedua golongan (Al hizbaini) itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lamanya mereka tinggal didalam gua itu”
3. Surat Ar Ruum ayat 32 :
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“dari orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan (HIzbin) mereka”
4. Surat Al Fathiir ayat 6 :
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sungguh setan itu membawa permusuhan bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, sesungguhnya mereka mengajak Golongannya (Hizbuhu) agar menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.
5. Surat Al Mujaadalah ayat 19 :
اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ أُولَئِكَ حِزْبُ الشَّيْطَانِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Alloh ta’ala; mereka itulah golongan (Hizbu) setan. Ketahuilah bahwa golongan (Hizba) setan lah yang merugi”.
6. Surat Mujadalaah ayat 22 :
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Engkau tidak akan mendapatkan satu kaum yang beriman kepada Allah ta’ala dan kepada hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. Mereka itulah orang-orang yang didalam hatinya telah ditanamkan Allah keimanan dan Allah telah menguatkan mereka dengan pertolongan/ ruh yang datang dari Dia. Lalu dimasukkannya mereka kedalam syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha. Merekalah golongan (Hizbu) Allah. Ingatlah sesungguhnya golongan (Hizba) Allah-lah yang beruntung”.
Masih segar dalam ingatan kita, ketika Nabi dan para sahabat bertempur melawan kaum musyrikin dalam perang badar, Allah sengaja mendatangkan 5000 pasukan sebagai bala bantuan yang bertandakan putih, mereka adalah para malaikat (Hizbullah), kata Hizib sendiri terkadang juga digunakan untuk menyebut “mendung yang berarak” atau “mendung yang tersisa”. Semisal hizbun min al-ghumum (sebagian atau sekelompok mendung).
Ternyata untuk selanjutnya perkembangan kata hizib dalam tradisi thariqah atau yang berkembang di pesantren adalah untuk “menandai” sebuah bacaan-bacaan tertentu. Misalnya hizib yang dibaca hari jum’at; yang dimaksud adalah wirid-wirid tertentu yang dibaca hari jum’at. Untuk selanjutnya, makna hizib adalah wirid itu sendiri. Atau juga bisa bermakna munajat, ada hizib Ghazaly, Hizib Bukhori, Hizib Nawawi, Hizib Bahri, Hizib Syeikh Abdul Qadir Jailani, Ratib Al-Ahdad, yang masing-masing memiliki sejarah sendiri-sendiri. Hizib adalah himpunan sejumlah ayat-ayat Al-Qur’anul karim dan untaian kalimat-kalimat zikir dan do’a yang lazim diwiridkan atau diucapkan berulang-ulang sebagai salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Beliau pernah dimintai penjelasan tentang siapa saja yang menjadi gurunya? Sabdanya, “Guruku adalah Syekh Abdus Salam Ibnu Masyisy, akan tetapi sekarang aku sudah menyelami dan minum sepuluh lautan ilmu. Lima dari bumi yaitu dari Rasululah saw, Abu Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Ustman bin ‘Affan r.a dan Ali bin Abi Thalib r.a, dan lima dari langit yaitu dari malaikat Jibril, Mika’il, Isrofil, Izro’il dan ruh yang agung. Beliau pernah berkata, “Aku diberi tahu catatan muridku dan muridnya muridku, semua sampai hari kiamat, yang lebarnya sejauh mata memandang, semua itu mereka bebas dari neraka. Jikalau lisanku tak terkendalikan oleh syariat, aku pasti bisa memberi tahu tentang kejadian apa saja yang akan terjadi besok sampai hari kiamat”. Syekh Abu Abdillah Asy-Syathibi berkata, “Aku setiap malam banyak membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan dengan ini aku berwasilah meminta kepada Allah swt apa yang menjadi hajatku, maka terkabulkanlah apa saja permintaanku”. Lalu aku bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad saw. dan aku bertanya, “Ya Rasulallah, kalau seusai shalat lalu berwasilah membaca Radiya Allahu ‘An Asy-Syekh Abil Hasan dan aku meminta apa saja kepada Allah swty. apa yang menjadi kebutuhanku lalu dikabulkan, seperti hal tersebut apakah diperbolehkan atau tidak?”. Lalu Nabi saw. Menjawab, “Abul Hasan itu anakku lahir batin, anak itu bagian yang tak terpisahkan dari orang tuanya, maka barang siapa bertawashul kepada Abul Hasan, maka berarti dia sama saja bertawashul kepadaku”. Pada suatu hari dalam sebuah pengajian Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. menerangkan tentang zuhud, dan di dalam majelis terdapat seorang faqir yang berpakaian seadanya, sedang waktu itu Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili berpakaian serba bagus. Lalu dalam hati orang faqir tadi berkata, “Bagaimana mungkin Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili r.a. berbicara tentang zuhud sedang beliau sendiri pakaiannya bagus-bagus. Yang bisa dikatakan lebih zuhud adalah aku karena pakaianku jelek-jelek”. Kemudian Syekh Abul Hasan menoleh kepada orang itu dan berkata, “Pakaianmu yang seperti itu adalah pakaian yang mengundang senang dunia karena dengan pakaian itu kamu merasa dipandang orang sebagai orang zuhud. Kalau pakaianku ini mengundang orang menamakanku orang kaya dan orang tidak menganggap aku sebagai orang zuhud, karena zuhud itu adalah makam dan kedudukan yang tinggi”. Orang fakir tadi lalu berdiri dan berkata, “Demi Allah, memang hatiku berkata aku adalah orang yang zuhud. Aku sekarang minta ampun kepada Allah dan bertaubat”. Di antara Ungkapan Mutiara Syekh Abul Hasan Asy-Syadili: 1. Tidak ada dosa yang lebih besar dari dua perkara ini : pertama, senang dunia dan memilih dunia mengalahkan akherat. Kedua, ridha menetapi kebodohan tidak mau meningkatkan ilmunya. 2. Sebab-sebab sempit dan susah fikiran itu ada tiga : pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertaubat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah swt. sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah swt. Ketiga, disakiti orang lain, kalau karena dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu yang membikin Allah swt. untuk mengujimu.Kalau Allah swt. belum memberi tahu apa sebabnya sempit atau susah, maka tenanglah mengikuti jalannya taqdir ilahi. Memang masih berada di bawah awan yang sedang melintas berjalan (awan itu berguna dan lama-lama akan hilang dengan sendirinya). Ada satu perkara yang barang siapa bisa menjalankan akan bisa menjadi pemimpin yaitu berpaling darh dunia dan bertahan diri dari perbuatan dhalimnya ahli dunia. Setiap keramat (kemuliaan) yang tidak bersamaan dengan ridha Allah swt. dan tidak bersamaan dengan senang kepada Allah dan senangnya Allah, maka orang tersebut terbujuk syetan dan menjadi orang yang rusak. Keramat itu tidak diberikan kepada orang yang mencarinya dan menuruti keinginan nafsunya dan tidak pula diberikan kepada orang yang badannya digunakan untuk mencari keramat. Yang diberi keramat hanya orang yang tidak merasa diri dan amalnya, akan tetapi dia selalu tersibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang disenangi Allah dan merasa mendapat anugerah (fadhal) dari Allah semata, tidak menaruh harapan dari kebiasaan diri dan amalnya. SEJARAH HIZIB BAHR Hizb al-bahr ini adalah hizib yang termasyhur disamping dua hizib lagi iaitu hizib an-Nawawi dan Ratib Hadad. Ketiga-tiga ini adalah milik wali-wali Qutub. Wali Qutub ialah ketua para wali atau pusat para wali di dunia ini pada zamannya. Yang mana mereka ini adalah orang yang amat bertakwa kepada Allah secara zahir dan batin. Tujuan asal amalan hizib-hizib adalah untuk membawa diri seseorang itu menjadi dekat dengan Allah S.W.T. Dalam arti kata lain, Mengharapkan redha Allah dalam mengamalkannya disamping melakukan amalan-amalan wajib seperti solat fardu, puasa, mengeluarkan zakat, jauhi maksiat dan sebagainya. Ini kerana Hizib adalah juga kategori doa atau zikir yang bertujuan memperkuat tauhid pengamal tersebut. Terdapat banyak keistimewaan @ kelebihan @ fadhilat bagi sesiapa yang mengamalkankan hizib-hizib ini. Antaranya mendapat redha Allah, sentiasa dalam keadaan hati yang tenang, terpelihara dari hasad dengki khianat orang, terpelihara dari gangguan jin, syaitan serta iblis dan sebagainya. Apapun kelebihan-kelebihan yang ada itu adalah kurniaan Allah kepada hamba yang diredhainya, maka kita sebagai hamba Allah hendaklah mengikhlaskan niat terhadap apa jua amalan yang dilakukan. Berkenaan kelebihan-kelebihan itu kita serahkan kepada Allah dan jangan mengharapkannya. Kerana setiap musihabah yang berlaku keatas kita terkadang ada hikmah disebaliknya dan terkadang menjadi kaffarah (balasan untuk menghapus dosa) atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan, cukuplah yang penting kita mengamalkannya hanya mencari redha Allah S.W.T. Kembali kepada Hizb al-Bahr, hizib inilah yang al-Imam selalu berwasiat kepada anak-anak muridnya supaya rajin dibaca, diamalkan dan diajarkan kepada anak-anak. Kerana di dalamnya mengandungi al-Ismul A’dzam (nama Allah yang Maha Agung). Hizb ini diajarkan oleh Rasulallah S.A.W melalui mimpi Imam Abu Hasan asy-Syazili sewaktu beliau berdukacita di tengah-tengah Laut Merah. Diceritakan, suatu hari Al-Imam ingin pergi ke Makkah al-Mukarramah untuk menunaikan fardu haji melalui jalan laut. Kapten kapalnya itu seorang nasrani (kristian). Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba angin tidak lagi bertiup, ini membuatkan kapal yang al-Imam naiki tidak boleh berlayar. Bukan setakat sehari, malah berhari-hari. Semua awak-awak kapal menjadi gelisah dan berdukacita. Dalam kegelisahan inilah, Imam Abu Hasan asy-Syazili bermimpi bertemu Rasulullah S.A.W. Baginda S.A.W mengajarkan al-Imam akan hizib ini. Apabila tiba waktu siang, al-Imam menyuruh kapten kapal itu bersiap-siap untuk berlayar. Dan ini menyebabkan kapten kapal itu kehairanan, lalu bertanya. Kapten kapal : “Mana Anginnya, tuan?”. Jawab al-Imam : ” Sudah! siap-siap, sekarang angin datang!”. Dengan Izin Allah S.W.T beberapa saat kemudian angin pun datang. Oleh kerana peristiwa yang luar biasa ini, kapten kapal yang seorang nasrani itu pun memeluk Islam. Masya Allah.
Liat Hizibnya disini
Di antara keramatnya para Shidiqin ialah :
  1. Selalu taat dan ingat pada Allah swt. secara istiqamah (kontineu).
  2. Zuhud (meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi).
  3. Bisa menjalankan perkara yang luar bisa, seperti melipat bumi, berjalan di atas air dan sebagainya.
Diantara keramatnya Wali Qutub ialah :
  1. Mampu memberi bantuan berupa rahmat dan pemeliharaan yang khusus dari Allah
  2. Mampu menggantikan Wali Qutub yang lain.
  3. Mampu membantu malaikat memikul Arsy.
  4. Hatinya terbuka dari haqiqat dzatnya Allah swt. dengan disertai sifat-sifat-Nya.
Kamu jangan menunda ta’at di satu waktu, pada waktu yang lain, agar kamu tidak tersiksa dengan habisnya waktu untuk berta’at (tidak bisa menjalankan) sebagai balasan yang kamu sia-siakan. Karena setiap waktu itu ada jatah ta’at pengabdian tersendiri. Kamu jangan menyebarkan ilmu yang bertujuan agar manusia membetulkanmu dan menganggap baik kepadamu, akan tetapi sebarkanlah ilmu dengan tujuan agar Allah swt. membenarkanmu. Radiya allahu ‘anhu wa ‘aada ‘alaina min barakatihi wa anwarihi wa asrorihi wa ‘uluumihi wa ahlakihi, Allahumma Amiin.
 annafiz.wordpress.com/

p

Hb. Lutfi: Beda Ilmu Hikmah dan Tasawuf

Tanya Jawab dengan Habib Lutfi,- Al Kisah

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Habib Muhammad Luthfi Bin Yahya, Ada pandangan yang berkembang bahwa ilmu hikmah sama dengan ilmu tasawuf. Seolah orang yang memiliki kelebihan supranatural, identik dengan seorang sufi. Saya jadi bingung. Sebenarnya apakah persamaan dan perbedaannya? Apakah karamah itu ada kaitannya dengan ilmu hikmah? Atas jawa-bannya, saya sampaikan terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
H.M. Syamsi Wafa Jin. A.I. Suryani, Sidoarjo, Jawa Timur


Jawaban:
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ilmu tasawuf dan ilmu hikmah memiliki perbedaan yang jauh, sehingga jangan sekali-kali mencoba untuk mempersamakannya.
Ilmu tasawuf itu erat kaitannya dengan ilmu tarekat dan ilmu syareat, keduanya tidak bisa dipisahkan. Mempelajari rasawuf tanpa syareat itu jelas tidak dibenarkan.
Untuk mempelajari tasawuf, harus mempelajari ilmu syariat dulu. Syariat sudah mengatur dan menjadi dasar. Kalau dipelihara dengan baik akan berbuah tarekat. Pakaian di antara tarekat tersebut adalah tasawuf. la mengatur bagaimana menjaga perbuatan, iman, amal dan Islam. Yaitu untuk mengantisipasi datangnya penyakit penyebab rusaknya amal, itulah yang disebut tasawuf. Maka itu inti tasawuf adalah akhlak dan adab atau sopan santun.

Ada orang yang diberi kelebihan oleh Allah (Swt) berupa ahlak dan adab. la memiliki kemampuan weruh sakdurunge winarah, atau waskita, yaitu tahu sebelum kejadian. Bagi orang yang tahu, tidak akan berani berbicara sembarangan. la merasa malu kepada Allah karena mendahuiui kehendak-Nya.

Orang yang mencapai tingkatan tasawuf yang berakhlak dan beradab, akan mempergunakan tasawuf untuk menjaga diri darti perbuatan yang tidak menguntungkan. Seperti bagaimana membersihkan riya', atau bagaimana cara mem-bawa wudu yang maknannya bukan sekadar untuk menja-lankan shalat tapi di luar shalat. Tapi bisakah wudu itu, setelah menyucikan secara lahiriah, juga membuat suci bati. Ini hakikat wudu dalam dunia tasawuf.

Sedangkan ilmu hikmah berbeda.iImu hikmah, asal dia mengetahui ilmu tauhid itu sudah cukup. Yaitu mempelajari fatwa ulama khususnya dan Baginda Nabi Muhammad (saw).Ulama yang mengetahui rahasia ayat, doa dan sebagainya sehingga bisa sehingga bisa mengobati orang, berani tirakatnya, harus puasa sekian kali dan sebagainya, siapa pun asal siap mentalnya, bisa mempelajari llmu hfkmah itu. Untuk mem¬ber! pengobatan atau pertolongan itu, dengan jalur ilmu hikmah. Seperti supaya dagangannya laris, dan sebagainya, itu bisa dicapai oleh siapa pun. la mengetahui, membaca ini atau itu, bisa dipakai untuk jimat. Kalau ditaruh di toko, Allah (Swt) akan membukakan rezeki yang lebih banyak, dan orang yang membeli juga banyak—sebab ada doa yang mengandung pengabulan hajat tersebut. Itulah ilmu hikmah, yang terkait dengan rahasia ilmu Al-Qur'an untuk dimanfaatkan manusia.

Bisa saja ilmu hikmah terkait dengan karomah. Tapi sebenarnya karamah itu dikhususkan bagi waliyullah atas kedekatan seseorang di sisi Allah dan Rasul-Nya. Sekaii lagi saya tekankan, karamah bukan tujuan para wali. Tapi Allah (Swt) memberikannya. Jadi, mau diberi karamah apa pun, kalau Allah (Swt) memberi, sekalipun tidak masuk akal bagi manusia, itu sangat mungkin terjadi. Karena Allah (Swt) tidak pernah terikat oleh akal manusia. Para wali mempergunakan karomahnya bila terdesak. Sekalipun mampu, namun karena malu, mereka tidak sembarangan menggunakan. Apalagi karena itu bukan tujuan. Mereka tidak membangga-banggakan karomahnya. Sewaktu-waktu bila terdesak dan sangat diperlukan, baru itu akan keluar.
Orang yang menjalankan ilmu hikmah diberikan karomah karena karomahnya ayat-ayat Allah (Swt), yaitu yang memiliki kandungan asrar (rahasia) luar biasa. Karena itu Allah (Swt) menurunkan karomah. Tapi hakikatnya bukan karomah si pelaku ilmu hikmah, melainkan karena pribadinya bertawasul kemudian mendapat karomah dari ayat-ayat
tersebut. Sedangkan para wali tidak. Karomah yang mereka miliki langsung dari Allah (Swt), yang disebabkan karena penghambaannya kepada Allah. Itu perbedaannya.

Sumber: Mengenal Taerkat ala Habib Lutfi bin Yahya

FUNGSI WIRID DAN HIZIB DALAM SASTRA LISAN PESANTREN
(Studi Kasus Wirid Asma’ul Husna dan Hizb Lathif
di Brangsong Kendal)
Muhammad Abdullah
      1. Latar Belakang
        Dalam khazanah tradisi pesantren dikenal apa yang disebut sebagai sastra pesantren. Yakni sastra yang lahir dan berkembang di dalam komunitas pesantren. Ciri-ciri sastra pesantren tersebut adalah (1) lahir dan berkembang setelah sekitar abad ke-19, (2) bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa, bahasa Arab, kadang bercampur bahasa Arab dan Jawa ; (3) tulisan yang dipakai adalah tulisan Arab-Jawa (pegon) dan tulisan Arab; (4) lahir dan berkembang di kawasan pondok pesantren; dan (5) isinya berkisar masalah tauhid, fiqih, ilmu kalam, dan doa-doa (Basuki, 1988; Abdullah 1996; Thohir, 1997). 
           Dalam perkembangannya, sastra pesantren terbagi ke dalam tradisi tulis dan tradisi lisan. Di antara tradisi lisan pesantren itu meliputi naskah-naskah tentang (1) puji-pujian, (2) hagiografi orang-orang suci, (3) Al-Barzanji, (4) wirid, (5) hizb, dan (6) wifiq. Puji-pujian biasanya dibuat berdasarkan sumber tertentu, misalnya Al-Quran, Al-Burdah, atau Syaraful Anam. Hagiografi orang suci adalah cerita orang-orang suci dalam sejarah Islam atau orang-orang suci dari kalangan Sufi, misalnya cerita Sufi Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, yang terkenal dengan sebutan Manakib Syeikh Abdul Qadir Jailani, cerita tentang Syeikh Abu Hasan Asy-Syazali, atau Quaysy Al-Qarni. Dalam tradisi Jawa dikenal teks Wawacan Seh. Barzanji adalah teks tertulis yang biasa dilisankan bersama dalam bulan Rabiaul Awwal, untuk memperingati lahirnya Nabi Muhammad SAW. Ada beberapa macam teks Al-Barzanji dalam sastra pesantren. Di antaranya adalah Kitab Ad-Daiba’i, Syaraful Anam dan Barzanji Nashar.
Salah satu bentuk sastra pesantren yang banyak dikembangkan dalam tradisi persantren adalah tradisi lisannya yang masih banyak dipraktekkan oleh para santri. Pada kenyataannya memang karya sastra lisan lebih besar daripada sastra tulis, terutama pada masyarakat tradisional seperti pesantren (lihat Hutomo, 1991: 3).
           Meskipun dalam banyak kasus, sastra lisan sudah banyak diteliti di antara karya sastra daerah lainnya (lihat Rusyana, 1996 :1), namun tampaknya hal itu tidak berlaku bagi sastra lisan pesantren. Genre sastra lisan pesantren selama ini justru belum banyak diteliti orang. Di antara karya sastra lisan yang jarang diteliti itu adalah tradisi lisan berupa pembacaan Wirid dan Hizib.
 Wirid adalah amalan yang berisi bacaan zikir, doa-doa amalan-amalan lain yang biasa dibaca secara tetap (rutin) setiap hari dalam waktu tertentu. Kegiatan ini dikerjakan setelah salat dengan bimbingan guru, untuk tujuan pendekatan diri kepada Allah SWT atau tujuan tertentu. Kata wirid (jamaknya : awrad) juga berarti “salat-salat sunah” (sebagai tambahan dari salat wajib) yang dilaksanakan oleh orang-orang mukmin yang saleh,[1] atau disebut juga salat nawafil, salat tambahan (Abdullah, 1996: 3).
Dalam tradisi santri amalan wirid terbagi dalam dua macam, yakni (1) bacaan wirid yang bersifat amm, yakni zikir jahri atau zikir yang dibaca dengan formula eksoterik atau dalam bentuk amalan lahir menurut beberapa ukuran tertentu. Misalnya membaca istighfar beberapa ratus kali; (2) bacaan wirid yang yang bersifat khass  yakni zikir sirr, yang dikerjakan secara samar-samar tanpa suara. Dalam khazanah sastra pesantren banyak wirid yang dihafal sebagai baccaan hharian. Namun dalam tulisan ini hanya akan dibicarakan satu contoh wirid yaitu wirid Asma’ul Husna.
Adapun Hizb adalah amalan yang berisi doa-doa ma’tsurat yang merupakan peninggalan dari nabi SAW dan doa-doa mustajab yang dibaca menurut waktu tertentu, biasanya untuk menghadapi bahaya besar atau untuk menghancurkan musuh yang mengancam, yang dibaca dengan kaifiyah (cara) tertentu.[2]   Memang tidak semua santri mempunyai amalan hizib, karena hizib-hizib itu harus berijazah dari  seorang kyai atau guru mursyid tertentu.
           Ada beberapa macam hizb yang banyak dikenal di lingkungan pesantren, yaitu (1) hizb Nashar karya Imam Abu Hasan Asy-Syazali (2) hizb Nawawi, (3) hizb Bari, (4) hizb Bahri, (5) hizb Bukhari, (6) hizb Ghazali, (7) hizb Durul A’la karya Muhyiddin Ibn ‘Arabi, (8) hizb Zajr karya Imam Tijani, (9) hizb Nashar karya Imam Abdullah bin ‘Alawi Al-Haddad, dan (10) hizb Ikhfa’ karya Imam Abu Hasan Asy-Syazali. Nama-nama hizb ini biasanya diambil dari nama penulis pertama hizb tersebut. Salah satu kumpulan hizb itu adalah Kitab Syawariqul Anwar Min Ad’iyati As-Sadati Al-Ahyar karya Sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Pembacaan wirid dan hizb itu menjadi tradisi pesantren yang hampir senantiasa mewarnai aktivitas santri dan kyai dalam kehidupan pesantren. Khusus dalam makalah ini hanya akan dibicarakan salah satu hizib terkenal, yaitu  hizib Lathif.
      Tujuan dari penulisan makalah ini adalah hendak mengungkapkan dan mengadakan deskripsi singkat perihal wirid Asma’ul Husna dan Hizib Lathif . Hal ini penting dilakukan mengingat belum banyak peneliti yang membicarakannya.
      
2.  Deskripsi Singkat Wirid Asmaul Husna Dan Hizb Lathif (lafaznya)
2.1 Wirid Asma’ul Husna
                 Wirid Asma’ul Husna adalah wirid yang dibaca santri yang telah mendapatkan ijazah untuk mengamalkannya setiap ba’dal salat maktubah, setelah salat fardhu. Namun jika keberatan, santri dapat membaccanya setiap pagi, setelah salat subuh dan sore hari, setelah salat maghrib.   Khasiat membaca wirid ini adalah di samping untuk pendekatan diri kepada Allah, wirid ini juga disukai anak muda karea dapat menambah percaya diri, dapat menambah “tenaga dalam” untuk yang rutin mengmalkannya, dan untuk menjaga diri, membeli diri apanila mendapat serangan musuh jahat.
  Masyarakat Islam santri yang masih mau menghidupkan tradisi wirid dan hizb ini menurut Clifford Geertz (1983: 168) termasuk kelompok Islam santri pengikut paham Imam Syafei yang berhaluan ahlussunnah waljamaah dalam prinsip keagamaannya. Kelompok Islam inilah yang disebut Deliar Noer (1986: 5) sebagai kelompok Islam tradisional, hal ini karena mmasyyarakat ini masih kental dengan postulat dan symbol tradisioonal yang melekatnya. Misalnya secara organisasi adalah kelompok Islam Nahdlatul Ulama yang berbasis di pondok pesantren.       
     Dalam konteks pemikiran sosial keagamaan paham Islam tradisional ini berbeda dengan pemeluk Islam modernis, seperti Muhammadiyah. Paham Islam modernis yang mementingkan rasionalitas tidak bisa mengamalkan model zikir yang dipraktekkan semacam wirid dan hizib. Begitu pula dalam kehidupan budaya Islam, pengikut Islam tradisional msih mengadopsi paham-paham sinkretis dari paham Jawa (kejawen) dalam ritual keagamaannya. Sedang di kalangan Islam modernis, dengan keras menolak amalan-amalan keagamaan dan budaya Islam yang berbau sinkretis. Bahkan Islam modernis menganggap amalan-amalan seperti wirid, hizib, dan manakib orang suci dianggap bid’ah, karena merupakan ajaran baru.  Ooleh karena itu, praktek amalan wirid dan hizib ini hanya diamalkan ooleh kalangan Islam tradisional dari lingkungan pesanrtren.
                      Suatu penelitian pendahuluan dilakukan penulis di desa Karang Tengah Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal. Di desa ini ada seorang guru yang sering memberi ijazah untuk amalan wirid dan hizib, yang bernama Kyai Abdurrohim. Abdurrohom ini  pada waktu mudanya banyak berguru di Banten dan Cianjur Jawa Barat. Di rumahnya ada padepokan kecil yang dipakai untuk latihan wirid dan latihan bela diri Asma’ul Husna. Banyak santri yang telah berhasil mengamalkan Asma’ul Husna. Di antaranya ada santri yang berhasil menumpas perjudian, memiliki ketahan diri yang baik ketika mengalami kecelakaan lalulintas, menggaet seorang gadis dan lain-lain. [3]
         Bacaan wirid ini dimulai dengan basmallah, dilanjutkan dengan membaca surat al-Fatihah yang dipakai sebagai wasilah (perantara) kepada para gurunya, yaitu :
(1)  Membaca surat Al-Fatihah ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW;
(2)  Pembacaan Al-Fatihah ditujukan kepada empat sahabat Nabi, yaitu sahabat khulafaurrasyidin, sayyidina Abu bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Usman, dan Sayyidina Ali r.a.;
(3)  Fatihah ditujukan kepada Sultan Aulia, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani sahibul karomah, fid dunya wal akhirah;
(4)  Untuk Syeikh Ahmad Rifa’I, Syeikh Ahmad badawi, Syeikh Ibrahim Ad-Dasuki;
(5)  Terakhir disampaikan untuk sahibul jurus, Wakil kesatu Pinangeran Pengampun Cianjur.
Selesai pembacaan wasilah tersebut kemudian dilanjutkan dengan membaca wirid Asma’ul Husna, dimulai dengan bacaan Ya Hayyu, Ya ‘Aliyyu, Ya Maliyyu, ya Wafiyyu, YaWaqiyyu, Ya Qawiyyu, Ya Ghaniyyu, Ya Waliyyu, Ya Baqi. Ilaika rasulallah, asku nawaiban minaddahri la yakfilahal mutahammilu, wa inni la yarju innaha bika yanjali, wa innaka li jahun wa hisnun wa ma’qulun, wa asmim wa abqim summa a’mi ‘aduwwana wa akhrishum ya dzaljalali bikhausamat min ay syai’in khalaqahu min nuthfatin khalaqahu faqaddarahu. (dan seterusnya).
      Selesai bacaan asma’ terakhir ditutup permohoonan kepada Allah melalui para gurunya, dengan mengatakan :
Ya Allah Ya Rasulallah, Ya sayyidi Syeikh Muhyidin Abdul Qadir Al-Jailani, ya Wakil kesatu Pinangeran Panagampun Cianjur, kula nyuwun, kula nyuwun dating panjenengan, Panjenengan suwunaken dating Gusti Allah mugiya badan kula dipun isi karomahipun jurus ingkang werni sedasa, ingkang sampun kawula wiridaken. Kaf – Ha – Ya - ‘Ain – Shad, zikru rohmatika ‘abdahu zakariyya, Assalamu’alaikum Ya Rasulallah, Allah”.
2.2 Hizib  Lathif
      Hizib yang banyak diminati oleh para santri adalah hizib lathif. Di samping bacaan hizib ini relatif pendek, sehingga tidak makan banyak waktu, juga karena hizib ini banyak khasiatnya, terutama yang berhubungan dengan kehidupan anak muda, yaitu masalah kekebalan dan pengasihan kepada lain jenis.
        Hizb ini diawali dengan membaca (1) Surat Al-Fatihah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabat-sahabatnya, dan keturunannya (ahlul bait); (2) Membaca Fatihah untuk sohibul hizib Lathif.
         Dilanjutkan dengan membaca Basmallah dan mantra sbb :
“Bikhafiyyu lutfillahi, bilatifi sun’illahi, bijamili sitrillahi, bi badi’I ‘afwillahi, bisari’I karomillahi bi ighootsati judillahi bi alfi alfi la haula wala quwwata illah billahil ‘aliyyil ;adzim. Dakhaltu fi kanafillahi wa tamasaktu bikitabillahi was tajartu bi rasulillahi sallallahu ‘alaihi wa sallam bi dawami mulkillahi bi baqa’I mulkillahi bi la haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim. Biyahin biyahin biyahin, ahyalin ahyalin ahyalin, ahyasin ahyasin ahyasin. Hajabtu nafsi bihijabillahi wa mata’tuha bi ayatillahi wa hasantuha bi ayati wa dzikril hakim bihhaqqi man yuhyil ‘idzooma wahiya romim … dst.”
          Untuk penjaga diri si pelaku, dalam hizb ini dibacakan nama-nama malaikat penjaga diri, yaitu malaikat Jibril ‘an yamini, wa Israfilu ‘an khalfi, wa Mikailu ‘an yasari, wa ‘Izrailu ‘an ‘an fauqi, wa Muhammad Sallallahu ‘alaihi wasallam amami, wa ‘asha Musa fi yadi. Fa man ra’ani habani, wa khatama Sulaimana ‘alallisani faman takalmtu ilai qadha hajati, wa nuru Yusufa ‘ala wajhi, fa man ra’ani ahabbani…..dst”.
Khasiat dari hizb ini banyak sekali, di antaranya untuk mengelabuhi musuh, untuk penjaga diri, menambah keberanian menghadapi orang lain, untuk pengasihan, memperlancar penyelesaian problema hidup, memperkuat insting (radar, talenta) seseorang, dan lain-lain.  Jika bermaksud untuk memelet seoorang gadis, maka ketika sampai pada bacaan faman ra’ani ahabbani,  maka bisa diganti dengan  fa ….(nama seseorang yang diingini) ra’ani ahabbani, misalnya  fa Zulaiha ra’ani ahabbani. Maka insya Allah, dengan izin Allah nama seseorang yang disebut-sebut itu akan terkena panah asmaranya.
          Untuk mengamalkan hizb ini pelaku harus menjalani puasa selama satu minggu, dan selama puasa itu pelaku hharus membaca hizb ini sebanyak dua puluh satu kali setiap ba’dal maktubah (setelah shalat fardhu).
3.  Praktek Beladiri dengan Wirid Asma’ul Husna
      Wirid Asma’ Husna dalam sebagian masyarakat Islam santri diamalkan bukan hanya untuk tujuan ibadah mahdhoh dengan memperbanyak berzikir semata-mata. Namun, pada sisi lain, wirid Asma’ul Husna dipakai pula untuk sarana berlatih fisik, yaitu latihan bela diri. Dengan jurus-jurus tertentu para santri melakukan latihan fisik sambil melafazkan kalimat zikir Asma’ul Husna.  Jika zikir Asma’ul Husna yang diwiridkan bakdal maktubah membaca lafaz Asma’ul Husna dari nama-nama Allah yang jumlahnya 99, maka wirid Asma’ul Husna hanya mengambil beberapa nama Allah yang terdapat dalam 99 nama Allah itu. Bacaan  wirid Asma’ul Husna  untuk tujuan bela diri ini hanya mengambil  sembilan lafaz nama Allah, yaitu Ya Hayyu, Ya Ya ‘Aliyyu, ya Maliyyu, Ya Wafiyyu, ya Waqiyyu, ya Qawiyyu, ya  Ghaniyyu,Ya Waliyyu, Ya Baqi.
            Dalam prakteknya, pembacaan Asma’ul Husna itu diawali dengan bacaan surat Al-Fatihah  sebanyak lima kali yang ditujukan untuk para guru yang memberi ijazah wirid tersebut. Pembacaan fatihah itu sebagai wasilah (perantara) dengan keyakinan agar doanya dapat dikabulkan Allah SWT. Setelah membaca wasilah kepada tujuh sembilan guru yang telah menurunkan ijazah wirid itu, maka biasanya sang guru mengajak para santri peserta wirid itu untuk melakukan latihan gerakan jurus I sambil membaca Ya Hayyu, Ya “Aliyyu, Ya Maliyyu, Ya Wafiyyu, Ya Waqiyyu, Ya Qawiyyu, Ya Ghaniyyu, Ya  Waliyyu, Ya Baqi.  Begitu seterusnya bacaan itu diulang-ulang sampai jurus kesepuluh.  Kesepuluh jurus itulah yang selalu dilatih guru agar para santri berlatih sendiri  sesuai kemampuannya. Perlu diketahui bahwa kesepuluh jurus Asma’ul Husna itu gerakannya berbeda-beda, sesuai dengan fungsi masing-masing jurus.
            Sebagai contoh, jurus keempat dilakukan dengan gerakan kedua belah tangan menyapu dari bawah ke atas, dengan tekanan yang kuat. Dikatakan bahwa jurus ini jika dikabulkan Allah SWT, dapat melemparkan atau memporakporandakan puluhan bahkan ratusan musuh sekalipun.  Sedang jurus ketiga itu disebut jurus kulu geni. Diyakini  bahwa jurus ini dapat mematikan musuh dengan cara menggesekkan kedua tanganya kuat-kuat, maka musuh akan terkapar kesakitan tidak tahan menerima hantaman lawan.  Agar menghasilkan gerakan-gerakan yang luwes, maka santri yang mengamalkan wirid Asma’ ini harus berlatih sendiri secara rutin setiap hari. Ibarat pisau jika sering diiasah, maka akan tajam hasilnya. Begitu pula amalan wirid Asma’ul Husna  ini, jika banyak dibaca sesuai waktu yang ditentukan, maka khasiatnya akan tampak lebih baik.
                       
4.    Fungsi Wirid dan Hizib Dalam Tradisi Pesantren di Brangsong Kendal
       Sesungguhnya kegiatan wirid dan hizib di masyarakat kaum santri telah menyatu dengan system peribadatan santri.   Pada awalnya wirid yang dibaca berulang-ulang pagi dan sore hari bertujuan untuk beribadah, berdoa mendekatkan diri kepada Allah SWT.  Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya tujuan ibadah tersebut telah disisipi dengan tjjuan-tujuan lain, yaitu untuk dapat dipakai sebagai pembela diri dari serangan musuh yang datang tiba-tiba. Seperti jenis doa-doa yang lain, wirid dan hizib dapat dikerjakan siapa saja. Hanya kalau bacaan doa-doa yang lain bisa diperoleh darim berbagai sumber buku, maka wirid dan hizib kebanyakan harus diperoleh melalui seorang guru. Biasanya yang berhak memberikan ijazah wirid dan hizib itu adalah seorang mursyid tarekat yang dianggap sebagai “guru besar” tarekat.
            Tradisi wirid dan hizib itu banyak dilakukan oleh kalangan paham Islam tradisional dari lingkungan pondok pesantren.  Oleh karena itu, di kalangan paham Islam modernis atau neomodernis tidak dikenal tradisi wirid dan hizib itu. Bahkan boleh jadi praktek amalan wirid dan hizib itu dianggap bid’ah, yang tidak ada tuntunannya dari Nabi SAW.   
                                  Secara singkat dapat disebutkan di antara fungsi wirid Asma’ul Husna  dan Hizib Lathif tersebut sebagai berikut : untuk (1) pendekatan diri pada Allah, (2) untuk pengobatan sakit, (3) menolak bencana, (4) penjaga diri dari serangan musuh, (5) untuk menghancurkan musuh, (6) untuk kekebalan, (7) untuk pengasihan, (8) pembuka pintu rizki, dan lain-lain. Mujarab  atau tidaknya fungsi ini akan sangat tergantung dari sikap dan keyakinan sang pelaku.
                         Dalam sejarah nasional Indonesia, kaum kolonialisme Belanda terkenal sangat takut dengan “kekuatan yang tak tampak” dari para ahli tarekat dan para waliyullah, yang dikenal sebagai “harimau nan sembilan”. Para ahli tarekat yang sangat kuat wirid dan hizbnya itulah yang ditakuti belanda karena memiliki “kekuatan yang tak tampak” itu, yang merupakan “pertolongan Allah”.
                        Sebagai contoh adalah wirid Hadam Tujuh. Wirid Hadam Tujuh  adalah wiridan yang cara pengamalannya harus secara resmi mendapatkan ijazah dari guru atau kyai. Wirid ini diamalkan mulai dengan aktivitas riyadhah, yaitu puasa mutih tujuh hari berturut-turut. Jika keberatan puasa mutih, santri dapat melakukan puasa dengan hanya makan buah-buahan saat berbuka. Selama puasa itu, setiap malamnya santri disuruh membaca wirid yang telah ditentukan jenis dan jumlah bacaannya. Misalnya, di antaranya disuruh membaca surat Al-Fatihah seratus kali setiap hari pada nisfullail (tengah malam). Caranya dimulai pada hari Ahad, sebelum membaca surat al-fatikhah membaca ila hadaratin madzahabin wajunudihi – al-fatikhah (dibaca pada hari Ahad), ila hadatin murrah wajunudihial-fatikhah (dibaca pada hari Senin), ila hadatin ahmar wajunudihi –alfatikhah (dibaca pada hari Selasa), ila hadatin burqon wajunudihi- al-fatikhah (dibaca pada hari Rabu), ila hadaratin Syamhurisy wajunudihi – al-fatikhah (dibaca pada hari Kamis), ila hadaratin zauba’ah wajunudihi –al-fatikhah (dibaca pada hari Jumat), ila hadaratin maimun wajunudihi-al-fatikhah (dibaca pada hari Sabtu). Pada saat membaca wirid tersebut sebaiknya santri memakai pengharum ruangan, misalnya membakar kemenyan Arab atau membakar kayu gaharu agar suasana ruang di sekitar berbau harum dan wangi. Disebut wirid khadam tujuh, karena wirid tersebut jika diamalkan (dibaca) akan mendatangkan khadam (pembantu) tujuh malaikat yang menjaganya. [4]
5.    Penutup
Tradisi pengamalan wirid dan hizb tersebut sesungguhnya merupakan kekayaan dan kekuatan spiritual yang luar biasa yang dimiliki civitas academica pesantren, yang diwariskan oleh kyai (mursyid) kepada santrinya secara turun temurun. Kekayaan dan kekuatan hizb, wirid dan wifiq inilah yang enjadi daya dorong santri jika harus berhadapan dengan masalah duniawi.. Dalam era millenium baru ini warisan budaya pesantren itu rasanya layak diangkat dan dipertimbangkan untuk diteliti untuk tujuan-tujuan ilmiah. Bukan karena khazanah warisan klasik ini belum diteliti secara akademis, namun disebabkan oleh wajah dunia pesantren yang sangat membutuhkan wacana baru untuk membedah kebekuan pemikiran spiritual Islam selama ini.
         Untuk kepentingan “perdukunan” alternatif, model pengamalan wirid hizb, dan wifiq ini sah-sah saja, baik secara sosial maupun secara agama, asal tujuan dan caranya tetap bertumpu pada tali buhul Allah SWT. Insya Allah, jika tawakal hanya kepada-Nya semua penyakit akan dapat disembuhkan, karena Dialah yang memberi penyakit, maka Dia pulalah yang aan menyembuhkannya, faidza marittu fahuwa yasfin. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.
DAFTAR PUSTAKA
           
            Abdullah, Muhammad, 1992. Blantenan :  Kesenian Tradisional Dalam Trasdisi
Pesantren di Kaliwungu Kendal. Semarang : FS Undip.
            __________________1996. “Puji-pujian : Tradisi Lisan Dalam Sastra Pesantren”
                                    Dalam warta ATL.  Jakarta : Jurnal ATL.
            Abdurrahman Asy-Suyuti, Jalaludin, (tanpa tahun) Ar-Rahmah Fi At-Thib Wa Al-
 Hikmah. Beirut.
           
Ahmad, Abul Abbas, bin Ali Al-Buni, (tanpa  th) Mamba’u Ushulul Hikmah.
Al-Ghazali,  th    Al-Munqid Minadzdzalal  
Azam, Abdullah, 1985. Ayatu Ar-Rahman Fi Jihad Al-Akbar. Kuala Lumpur :
               Mathb’ah Kazhim Dubai UEA.
            Basuki, Anhari, 1988. “Sastra Pesantren” dalam Lembaran Sastra.
                                     Semarang : FS Undip.
            Geertz, Clifford, 1983. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa.
Jakarta : Pustaka Jaya.
            Hawwa, Said, 1996.  Jalan Ruhani.  Bandung : Mizan.
            Hutomo, Suripan sadi, 1991. Mutiara yang Terlupakan, Pengantar Studi Sastra
 Lisan. Malang : HISKI jawa Timur.
            Noer, Deliar, 1986. Pemikiran Politik Islam Santri. Jakarta : Panjimas.
            Rusyana, Yus, 1996. Tuturan Tentang Pencak Silat dalam Tradisi Lisan Sunda.
                                    Jakarta : Yayasan Obor Indoonesia dan Yayasan ATL
Sutarto, 1998 “Metode Penelitian Tradisi Lisan”, Makalah Seminar Tradisi
                                      Lisan II, FS UI Depok.
            Teeuw, A. 1994. Indonesia Antara Kelisanan dan Keberaksaraan.
Jakarta : Pustaka Jaya.
Tim IAIN, 1993. Ensiklopedi Islam.  Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve.
Thohir, Mudjahirin dkk. 1997. Inventarisasi Sastra Pesantren di Kaliwungu Kendal. Semarang : Laporan Hasil Penelitian LEMLIT Undip.
           
 


             [1]  Lihat, Ensiklopedi Islam (Jilid V), 1993. Jakarta : PT Ichtiar Baru van Hoeve, hal. 197.
             [2]  Lihat,  Busrodin, 1965. Analisa Filologis Naskah Hikayat She Abdulkadir (Perpustakaan Museum   
            Djakarta, Br. 285). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.  Bandingkan dengan Abdullah,
            Muhammad.
            1986. Tinjauan Fungsional Terhadap Hikayat Syekh Abdul Qadir Al Jailani (Suatu Pendekatan
             Reseptif). Skripsi Sarjana Fakultas Sastra UNDIP.
          [3] Kisah ini diceritakan Kyai Abdurrahim kepada penulis ketika menerangkan contoh keberhasilan
            amalan  wirid Asma’ul Husna yang dilakukan oleh mantan santrinya dari daerah Pekalongan Jawa
            Tengah.
           Diceritakan Januari 2001 di rumahnya Desa Karang Tengah Brangsong Kendal.
[4]  Ketujuh malaikat tersebut adalah Malaikat Madzhabin, Murrah, Ahmar, Burqan, Syamhurisy, zauba’ah, dan Maimun.  Ketika mengamalkan hizb ini membaca Surat Fatihah ditjukan kepada ketujuh malaikat tersebut sebagai jalan perantara (wasilah).. Pada saat pembacaan hizb tersebut disyaratkan bagi pelaku hizb ini memakai wangi-wangian (minyak wangi).