Alkisah, beribu-ribu tahun sebelum ada manusia, dunia ini sudah dihuni
oleh sejenis makhluk dari golongan jin, mereka dibedakan antara
laki-laki dan perempuan. Di antara mereka ada yang beribadah dan ada
yang tidak, walaupun Allah mewajibkan mereka beribadah menyembahNya.
Allah SWT. berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk beribadah kepadaKu.” (QS. Adz-Dzariyaat: 56)
Di antara sekian banyak keturunan jin, Izzazil adalah yang paling taat
kepada Allah. Berbeda dengan manusia, jin bisa berumur sampai ribuan,
bahkan puluhan ribu tahun. Begitu pula Izzazil. Ia beribadah kepada
Allah selama 1000 tahun. Kemudian atas permintaannya ia dipindahkan oleh
Allah ke langit pertama.
Di situ ia beribadah kepada Allah selama 1000 tahun juga. Lalu ia
dipindahkan ke langit seterusnya, sampai langit ke tujuh. Di
masing-masing tingkatan langit, ia beribadah kepada Allah SWT selama
1000 tahun. Jadi Izzazil beribadah kepada Allah selama 8000 tahun.
Karena ketaatan dan pengabdiannya, Allah mengangkatnya ke derajat
Al-Muqarrabun, yaitu derajat tertinggi di sisi Allah. Lebih dari itu,
Allah menobatkan Izzazil sebagai imam para malaikat yang berkedudukan di
langit.
Merasa berada dalam derajat yang mulia, maka ketika Allah memerintahkan
dirinya dan para malaikat bersujud kepada Adam, Izzazil dengan berbagai
dalih menolak. Penolakan itu disebabkan karena ia merasa lebih mulia dan
lebih baik dibandingkan Nabi Adam as.
Selain itu ia juga merasa bahwa dirinya makhluk yang lebih dulu
diciptakan, lebih lama dalam beribadah dan lebih tinggi martabatnya
dibandingkan Nabi Adam yang baru diciptakan Allah swt. Kesombongan dan
rasa iri hati itulah sebenarnya penyebab utama mengapa Izzazil
membangkang perintah Allah swt. Karena pembangkangannya itu, akhirnya ia
terusir dari surga dan dinamakan iblis. Sebelum meninggalkan surga,
iblis sempat bersumpan akan mengganggu dan menggoda anak keturunan Adam
sampai hari kiamat.
Kita tengok kembali bagaimana Al Qur’an menggambarkan kisah pasangan
Adam dan Hawa di surga. Mereka bebas menikmati dan menggunakan segala
keistimewaan surga kecuali makanan buah khuldi.
Ternyata satu-satunya larangan Allah itulah yang dimanfaatkan oleh iblis
untuk menyesatkan Adam dan Hawa. Sesuai dengan sumpahnya untuk
menyesatkan Adam dan Hawa dan keturunannya, maka iblis sekuat tenaga
merayu dan membujuk Adam dan Hawa agar melanggar larangan yang Allah
tetapkan bagi mereka. Dengan usaha yang keras dan tidak kenal menyerah,
akhirnya Adam dan Hawa tergoda juga mendengar rayuan iblis. Meskipun
hanya satu larangan yang ditetapkan Allah bagi mereka, tetapi ternyata
satu larangan itu membuat mereka penasaran. Apalagi rayuan iblis yang
tidak kenal menyerah. Mereka pun memakan buah khuldi yang dilarang oleh
Allah swt. itu. Akibatnya, Allah pun mengeluarkan mereka dari surga dan
menurunkan ke dunia.
Firman Allah, “maka syaitan (iblis) menggelincirkan mereka berdua (Adam
dan Hawa) maka dikeluarkanlah mereka dari tempatnya (surga). Dan kami
berfirman, “Turunlah kalian. Sebagian kamu adalah musuh bagi sebagian
yang lain. Dan bagi kalian ada tempat kediaman dan kesenangan sementara
di muka bumi.” (QS. Al Baqarah: 36)
Sebenarnya, Adam, Hawa, para malaikat, dan iblis sudah mengetahui suatu
saat Adam dan Hawa akan diturunkan ke bumi, mengingat Adam akan diangkat
menjadi khalifah di bumi. Hanya saja, mereka tidak mengetahui kapan
saatnya. Hanya Allah saja yang mengetahui. Itulah sebabnya ketika iblis
diusir dari surga karena pembangkangan perintah Allah untuk bersujud
kepada Adam, ia secara sembunyi-sembunyi menyusup ke dalam surga
berusaha memperdayai Adam dan Hawa agar mendurhakai Allah. Kerja keras
iblis tidak sia-sia, Adam dan Hawa terpedaya dibuatnya, sehingga mereka
diturunkan ke bumi. Peristiwa itu terjadi pada 10 Muharram, malam hari,
seiringan dengani iblis yang juga diturunkan ke bumi. Dengan cucuran air
mata karena sedih, Adam dan Hawa terpaksa menjalani hukuman itu.
Oleh Jibril Adam diturunkan di bukit Ruhun di Surandib, pulau Sailan.
Sedangkan Siti Hawa diturunkan di Jeddah. Mereka harus menghadapi
lingkungan baru yang serba asing dan sulit, jauh dari kenikmatan surga
yang pernah mereka diami diami. Diriwayatkan, sejak mereka diturunkan
dari surga, selama hampir seratus tahun mereka tidak bertemu. Tetapi
Allah kemudian mengutus malaikat Jibril memerintahkan Adam dan Hawa
melakukan ibadah haji. Setelah keduanya melakukan thawaf tujuh kali,
mereka menyatakan bertaubat kepada Allah, dan Allah mengampuni dosa
mereka.
Setelah melaksanakan ibadah haji, atas petunjuk malaikat Jibril, Nabi
Adam melakukan perjalanan jauh ke Jeddah untuk menemui Hawa.
Berbulan-bulan Adam menyusuri padang, lembah dan bukit, sampai akhirnya
bertemu dengan Hawa di sebuah padang yang kemudian dinamakan Padang
Arafah, artinya mengenal kembali. Nabi Adam menceritakan kepada Hawa
bahwa Allah, melalui malaikat Jibril, mewajibkan mereka melaksanakan
Thawaf yaitu mengelilingi Hajar Aswad sebanyak tujuh kali. Dan untuk
mendirikan tempat ibadah, Allah memerintahkan Jibril mengambil batu
hitam di surga untuk mendirikan Ka’bah.
Dengan bantuan para malaikat, Adam dan Hawa membangun tempat ibadah dan
masjid yang bernama Baitul Makmur. Setelah berdiri dengan gagahnya, di
tengah masjid tersebut diletakkan Hajar Aswad. Kemudian Adam dan Hawa
bertawaf. Inilah masjid pertama yang berdiri dimuka bumi itu. Tetapi,
pada masa Nabi Nuh as. masjid Baitul Makmur tersebut kena serangan angin
taufan, sehingga dipindahkan ke langit ketujuh. Di tempat itu, masjid
Baitul Makmur dijadikan kiblat para malaikat.
Ketika Nabi Muhammad saw melakukan mi’raj, beliau sempat menjadi imam
para malaikat pada waktu shalat di masjid tersebut. Setelah bertemu di
Padang Arafah, dan menunaikan ibadah haji, Adam dan Hawa hidup dalam
lingkungan rumah tangga sebagai suami istri. Mereka menurunkan beberapa
anak yang menyebar ke segala penjuru dunia, sehingga kini kita kenal
berbagai bangsa dan suku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar