Sesampainya dirumah kabayan pun memanggil Iteung istrinya, “Teung.. Iteung ini akang dapat ikan besar-besar.” Iteung yang sedang memasak nasi didapur pun memnghampiri Kabayan dengan seterngah berlari, “Aduh kang ikannya, besar-besar yah.” Berkata kagum dengan hasil tangkapan Kabayan.
“Mau dimasak apa Kang?” Iteung bertanya pada Kabayan.
“Masak yang enak saja, aku lelah mau tidur dulu.” Kabayan pun meletakkan ikannya di dalam ember di dapur, lalu menuju kamarnya lalu tertidur, Iteung tidak bisa mencegah, padahal tadi Abahnya sudah mewanti-wanti jika kabayan datang disuruhnya untuk langsung kesawah membantu Abah dan Ambu, tapi memang begitulah watak kabayan, jika sudah berkehendak maka tidak bisa dicegah.
Iteung segera saja menggoreng ikan yang didapat kabayan, karena takut kalo nanti kena marah kalau suaminya bangun dan tahu ikannya belum masak, setelah ikan masak iteungpun pergi kesawah menyusul Abah dan Ambunya, dirinya lupa tidak menutup ikan dengan tudung saji, sementara kabayan yang masih terlelap dalam tidurnya, seekor kucing kurus masuk kedalam dapur.
Dihabiskannya dua ekor ikan yang tersedia diatas piring dimeja makan, setelah kenyang kucing tersebut keluar dari rumah, dan saat itu hari sudah mulai siang Ietung, Abah dan Ambu pun kembali ke rumah untuk beristirahat, Iteung belum menyadari kalau ikan yang dimasaknya tadi telah habis dimakan kucing, Kabayan pun bangun, karena perutnya yang lapar dirinya langsung menuju dapur, ternyata yang didapatinya bukan ikan goreng yang kabayan dapati hanya tulang-tulang ikan yang berserakan diatas lantai, kabayan pun memanggil Iteung dengan sedikit kesal, “Iteung… Iteung… kesini sebentar.”
Iteung yang sedang membersihkan kakinya di belakang rumah berlari-lari menghampiri kabayan, “Iyah kang ada apa, sudah dimakan kang ikannya?” Iteung yang belum tahu bahwa ikan yang digorengnya telah habis dimakan kucing bertanya pada kabayan.
“Ikan mana, tidak ada ikan diatas meja, Iteung kalau kamu makan ikan jangan dihabiskan semuanya, aku lapar dan sekarang tidak ada yang bisa aku makan.” Mendengar jawab kabayan iteung menjadi tidak mengerti.
“Iteung tidak memakannya kang, sumpah. Tadi setelah Iteung masak Iteung simpan diatas meja, terus Iteung menyusul Ayah dan Ambu kesawah., mungkin tadi ada kucing masuk kang.” Iteung mencoba membela diri.
“Iteung, ikan itu hampir 2 kilo beratnya, tidak mungkin kucing memakan habis semua ikan ini, “meow.. meow.” Belum selesai kabayan berkata terdengar suara seekor kucing dari balik pintu dapur, ditangkapnyalah kucing itu, kabayang lalu tertawa-tawa meledek Iteung, “Iteung, katamu kucing ini yang sudah menghabiskan ikan yang beratnya hampir 2 kilo itu, lihat badannya saja kurus begini, setidaknya jika dia yang menghabiskan beratnya sekarang ada dua kilo lebih, ini satu kilo pun tidak ada.”
Iteung kebingungan, tiba-tiba Abah dan Ambu masuk, bertanya ada apa rebut-ribut. Iteung pun menjelaskan kejadian yang sebenarnya terjadi, Abah manggut-manggut sejenak, lalu menepuk bahu Kabayan, “Kabayan coba kamu makan itu nasi tiga boboko (wadah nasi), nasi tiga boboko itu sama dengan 4 kilo beratnya, apakah setelah kamu habiskan nasi itu, berat kamu akan serta merta bertambah?”
***
[Cerita ini diceritakan ulang dengan adaptasi dari Legenda Masyarakat Sunda.]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar