Sabtu, 05 April 2014

Kisah Seorang yang Bersyukur dan Dua Pembohong


"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan memberikan untukmu  lebih banyak lagi, namun jika kamu ingkar, maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih."
(QS Ibrahim 14 : 7)
Suatu waktu, tersebutlah  tiga orang dari Bani Israel, yaitu seorang penderita kusta, seorang yang buta dan seorang pria tanpa hiasan rambut (gundul), yang ketiganya akan diuji oleh Allah, sehingga Dia mengutus seorang malaikat kepada mereka. 
Malaikat pun bertanya pada si kusta, "Apa yang paling ingin engkau miliki ?" Si kusta menjawab, "Rupa yang bagus  dan kulit yang baik, karena orang-orang memandangku jorok dan kotor." Lalu malaikat itu pun menyentuhnya dan dia sembuh. Dia diberi rupa yang bagus dan kulit yang baik. Lalu malaikat itu bertanya lagi, "Harta benda apa yang paling ingin engkau miliki ?" Penderita kusta itu menukas, 'Unta." Jadi,  diberinyalah ia unta hamil, dan malaikat itu berkata,"Semoga Allah merahmatimu dengan unta itu."
Lalu sang malaikat menemui pria yang tak memiliki hiasan rambut dan bertanya, "Apa yang  paling ingin engkau miliki? "Dia menjawab,"Rambut yang bagus, aku ingin sembuh dari penyakit ini karena orang-orang jijik melihatku." Malaikat itu pun menyentuh hatinya, ia diberi rambut yang bagus. "Lalu malaikat itu bertanya lagi,"Harta benda apa yang paling ingin engkau miliki ?" "Sapi" jawab si gundul singkat. Lalu malaikat itu memberinya sapi hamil yang memiliki banyak susu. Malaikat itu pun berkata kepadanya, "Semoga Allah merahmatimu dengan sapi itu."
Kemudian malaikat itu datang ke orang buta dan bertanya, 'Apa yang paling ingin engkau miliki? " Dengan santun si tunanetra menjawab, "Aku berharap, Allah mau memulihkan penglihatanku sehingga aku bisa melihat." Sang malaikat pun menyentuh matanya dan Allah memberikan penglihatannya kembali. Malaikat itu berkata, ''Harta benda apa yang paling ingin engkau miliki ? Si buta pun menjawab singkat,"Domba." Lalu malaikat memberinya domba hamil. Malaikat pun pamit dan berkata kepadanya, 'Semoga Allah merahmatimu dengan domba itu."
Kemudian, ketiga hewan hamil itu melahirkan anak-anak mereka. Jumlahnya terus bertambah berlipat-lipat dan karena begitu banyaknya, orang yang memiliki kawanan unta menempati sebuah  lembah, yang satu memiliki kawanan sapi juga menempati sebuah lembah, dan yang lain yang memiliki kawanan domba menempati sebuah lembah pula.
Tak lama setelah itu, sang malaikat, datang menyamar sebagai penderita kusta dan mengunjungi pemilik unta yang dulu berpenyakit kusta, "Aku orang yang miskin, yang telah kehilangan semua harta bendaku selama di perjalanan. Jadi tidak akan ada yang dapat memenuhi kebutuhanku kecuali Allah dan kemudian engkau. Dalam Nama-Nya yang telah memberimu kulit yang begitu bagus, rupa yang indah, dan begitu banyak harta, aku memohon berikanlah untamu sehingga aku dapat sampai ke tujuan."
Pria itu menjawab, "Aku memiliki banyak tanggungan sehingga aku tidak bisa memberikan apapun kepadamu." Malaikat itu berkata, "Sepertinya aku mengenalmu, bukankah engkau penderita kusta yang dijauhi orang-orang? Bukankah engkau seorang miskin dan kemudian Allah memberikan semua  ini padamu? "Dia menjawab, "Aku mewarisi harta dari keluargaku." Malaikat itu pun berkata, "Jika engkau berbohong, maka biarlah Allah membuatmu kembali menjadi seperti semula."
Kemudian, sang malaikat menyamar sebagai pria gundul, pergi menemui  pria gundul yang telah sembuh dan melakukan hal yang sama seperti ia lakukan terhadap penderita kusta. Si gundul juga menjawab dengan cara yang sama. Malaikat itupun berkata padanya,"Jika engkau berbohong, maka biarlah Allah membuatmu kembali menjadi seperti semula."
Kemudian malaikat, menyamar sebagai seorang buta, mengunjungi orang buta yang telah sembuh dan berkata, "Aku orang miskin dan musafir, mata pencaharianku telah habis selama di perjalanan. Tak seorang pun yang mau membantuku  kecuali Allah, dan setelah Dia, engkau. Aku memintamu dalam nama-Nya yang telah memberimu kembali penglihatan, berikanlah aku seeekor domba agar dapat membantuku, dan aku dapat menyelesaikan perjalanan. "Pemilik domba itu berkata,"Aku pernah buta, dan Allah telah mengembalikan penglihatanku, aku dulunya miskin dan Allah membuatku kaya. Jadi, ambillah apa pun yang engkau suka dari apa yang aku miliki. Demi Allah, aku tidak akan menyembahmu jika meninggalkan sesuatu yang engkau butuhkan karena mengambil dari milikku yang engkau dapatkan karena Allah. "Sang malaikat pun berkata,"Simpanlah harta benda-mu. Kalian bertiga telah diuji. Allah bangga padamu, namun Dia marah dengan kedua sahabatmu."
Kisah di atas diambil dari hadits riwayat Imam al-Bukhari dari Abu Hurairah (ra), bahwa Rasulullah (saw) pernah bercerita tentang Bani Israel yang menunjukkan pentingnya hubungan antara cobaan,  bersyukur dan berterima kasih kepada Allah (subhana wa ta'ala) dan menaati Rasul-Nya (sallahu 'alaihi wa sallam). Imam An-Nawawi juga menyebutkan cerita ini dalam buku haditsnya yang terkenal "Riyadush Shalihiin".
Didalam Al-Qur'an, Allah (subhana wa ta'ala) mengingatkan kita bahwa jika kita bersyukur atas apa yang kita peroleh dari-Nya, maka Dia akan meningkatkan berkat-berkat kita. Di sisi lain, jika kita tidak tahu berterima kasih, dan bertindak seolah-olah Allah berutang pada kita sesuatu, nikmat dan berkat-Nya akan ditarik kembali dan kita akan menderita hukuman berat:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Dan ingatlah, tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan memberikan untukmu lebih banyak lagi, namun jika kamu ingkar, maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih".
(QS Ibrahim 14 : 7)
Jika kita mulai tidak bersyukur, Allah (subhana wa ta'ala) seringkali masih bermurah hati dengan kita  dalam rangka menguji kita. Jenis cobaan ini dapat mempengaruhi seseorang dalam salah satu dari dua cara berikut. Pertama, cobaan ini dapat menunjukkan kepada kita hakikat perilaku kita, yang kita mungkin terlalu bodoh atau bahkan terlalu bangga untuk menyadarinya. Kedua, kita mungkin merasa menyesal karena tidak mensyukuri nikmat Allah (subhana wa ta'ala), kemudian bertobat kepada-Nya  serta  menaati Rasul-Nya (sallahu 'alaihi wa sallam).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar