Dongeng Raja dan Tiga orang Pemuda ( Ada apa dengan Harta, Tahta, dan Wanita)
Terkejutlah Sang Raja pada suatu hari ketika salah seorang mentrinya membawa kabar. Mungkin bagi para pejabat sekarang kabar tersebut tidak lah penting, karena memang jujur saja kabar tersebut tidak menyangkut kepentingan kerajaan secara prinsip.
“Tuanku Raja, seperti petunjukmu, hamba akan menyampaikan apa yang seharusnya hamba sampaikan” . Begitu kata san Menri.
“langsung saja Pamanda”. Sang Raja Menjawab.
“Ada tiga orang pemuda berkumpul di gerbang istana, mereka menunggu Tuanku semenjak malam” begitu sang Mentri menyampaikan.
“Kenapa, tidak segera mereka suruh masuk”. Sedikit tinggi Sang Raja bicara, “Bukankah seringkali kuucapkan, bahwa istana ini miliki mereka, bukan milik raja, kerajaan dibangun dari jerih payah mereka, seluruh staf kerajaan digajih oleh tiap butiran keringat raykat,, …..”. Lanjut Sang Raja dengan melemparkan pandangannya ke jendela di mana tampak olehnya pesawahan dan pegunungan yang begitu hijau menghias lekuk-lekuk keperawanan alam yang memang sangat menggairahkan.
Singkat cerita dibawanya 3 orang pemuda tadi oleh sang Mentri, lalu dengan tetap didampingi oleh pengawal sampailah para pemuda tersebut.
Seperti kebiasaan selama ini sang Raja yang arif tersebut menyambut tamunya dengan begitu hangat, karena bagi sang Raja, manusia tetaplah sama manusia, jangan memperlakukan manusia berdasarkan kedudukan ataupun pangkatnya, seringkali yang rendah adalah yang tertinggi, dan yang dianggap tinggi justru merupakan yang terendah, artinya..sama, setiap manusia adalah sama.
Setelah selesai menikmati hidangan pagi kemudian sang Raja dengan tutur bersahajanya menanyakan apa yang mereka risaukan dan mereka inginkan sehingga mereka menunggu di pintu kerajaan semalaman..
“Duha Tuanku Raja, maaf sekali lagi mengawali apa yang ingin hamba sampaikan, namun sudah beberapa bulan ini saya menginginkan kedudukan dan pangkat agar saya bisa hidup lebih baik”. Begitu kata PEmuda Pertama.
“Duha Tuanku Raja, hamba adalah pemuda yang tinggal di pinggir kerajaan ini, Hamba adalah anak dari seorang saudagar besar di daerah hamba. Hamba sedang mencari calon istri untuk pendamping hidup hamba”. Kata Pemuda Kedua.
“Duhai Tuanku Raja, hamba bukanlah orang yang mencari kedudukan atau pangkat, apalagi perempuan. Hamba adalah pemuda yang tinggal tidak begitu jauh dari kerajaan ini. Hamba punya 4 orang adik, sementara kedua orang tua hamba sedang merantau ke negri orang, tetapi hari kemarin tidak biasanya belum mengirimkan keperluan hamba beserta adik-adik hamba, padahal cadangan hamba hanya cukup untuk hari ini dan besok pagi,.. jadi hamba datang kesini memohon barangkali di kerajaan ini ada persediaan beras yang hamba butuhkan untuk makan hamba esok hari”. Berbeda dengan permintaan kedua pemuda yang lainnya, pemuda ketiga menyampaikannya begitu malu-malu.
“Baiklah kalau begitu, saya sudah mendengar semua yang kalian ingin sampaikan”. Sang Raja menjawab. “Namun karena kalian sudah menunggu lama, jika kalian tidak berkeberatan kalian menginaplah disini semalam, besok semua permasalahan kalian akan saya jawab”. Lanjut sang Raja dengan begitu bijaksana.
Setelah kembali mengulangi pertanyaan kepada ketiga pemuda tersebut, maka dengan titahnya sang Raja mempersilahkan ketiga pemuda itu untuk menikmati istana yang memang dibangun atas curahan keringat rakya tersebut.
Besoknya ketika mentari sudah mulai nampak di sela pegunungan di panggilah ketiga pemuda tadi oleh san Raja.
Setelah mengulangi permintaannya ketiga pemuda tadi Sang Raja bertanya:
“Apa yang kalian alami semalam?” tanya sang Raja
“Tuanku, semalam saya tidak bisa tidur. Maaf Tuanku kenapa saya tidur di kamar dimana diatas tempat saya membaringkan diri kok ada sebilah pedang terhunus tempat mengarah ke muka hamba?.. maaf, Tuanku bagaimana saya bisa tidur”. Pemuda pertama bertutur.
“Tuanku, semalam hamba tidur seperti biasanya. Namun jujur Tuanku walaupun tempat tidur hamba di rumah begitu mewah, namun di kamar dimana saya tidur semalam walaupun sederhana namun begitu nyaman. Namun ada pertanyaan Tanku, kenapa pagi tadi saya disuruh minim dari tiga wadah yang berbeda?”. Begitu pemuda kedua menjawab.
“Tuanku, tidur hamba semalam sungguh sangat nikmat, pagi tadi pun sarapan hamba sungguh memuaskan, tidak ada yang lain selain hal yang menyenangkan”. Pemuda ketiga menjawab.
Dengan sedikit tersenyum Sang Raja menjawab kepada ketiga pemuda tadi.
“Wahai para pemuda harapan kerjaan ini, dengarkan saya berkata” Sang Raja mulai bertutur “Kamu mengingingkan pangkat dan kedudukan,,kenapa di atas tempat tidurmu ada sebilah pedang yang terhunus, itu artinya bahwa para pemimpin ini harus selalu siap dan siaga untuk mensejahterakan rakyatnya, bukan sebaliknya, karena kalau mereka lupa akan tugas dan kewajibannya maka pedang itu akan jatuh tepat kemuka mereka, pedang itu adalah kekuatan yang dimiliki oleh rakyat”. Begitu Sang Raja menjawab kepada pemuda pertama.
“Wahai engkau yang menginginkan istri, tadi pagi engkau disediakan tiga tempat untuk air yang sama..artinya itu adalah bahwa perempuan itu pada hakikatnya sama, yang membedakan adalah wadahnya. Mau emas, perak, ataupun batok kelapa isinya air putih, rasanya pun sama yang membedakan hanya perasaan saja, bukan rasa yang aslinya”. Begitu Sang Raja menjawab pada pemuda kedua.
“Wahai engkau pemuda yang begitu berusaha menjadi kepala keluarga,, Saya menyadari kamu belum memiliki cukup bekal untuk menjadi penopang kehidupan keluargamu, jadi setelah pertemuan ini kamu pergi kepada kepala gudang, mintalah kebutuhan sesukamu sesuai yang kamu butuhkan..”Begitu Sang Raja menjawab kepada pemuda ketiga.
Dengan tidak memberi kesempatan kepada ketiga pemuda tadi sang Raja menutup pertemuan itu, Sang Raja menutup pertemuan itu dengan melemparkan kalimat yang berisikan kepada kedua pemuda yang pertama untuk merenungkan apa yang dialaminya, jika mereka sudah mendapatkan jawabannya bolehlah mereka melanjutkan pencariannya. Sementara kepada pemuda ketiga sang Raja menyuruh supaya cepat pulang agar adik-adiknya tidak kelaparan.
Matahari belum sampai ketengah, ketiga pemuda tadi meninggalkan istana dengan membawa harapan dan pertanyaan masing-masing akan apa yang baru saja dialaminya.
Kenapa seorang pejabat tidak bisa tidur dengan nyenyak karena di atas tempat tidurnya ada sebilah pedang yang tepat menghujam kemukanya, kenapa perempuan diibaratkan air putih yang diisikan ketempat yang berbeda, Syarat apa yang harus dimiliki oleh seseorang agar dianggap mampu menjadi tulang punggung keluarga.
Semua pertanyaan tadi menjadi PR dari ketiga pemuda tadi.
Matahari sudah hampir berada di atas kepala setiap manusia yang berjalan di atas bumi ini, waktu terus bergerak tak pernah mundur walaupun seringkali manusia memaksannya.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar