“Tukang cukur yang cerdik”
Pada suatu hari ada salah seorang dari empat ulama besar yang sedang
bertutur tentang dirinya, beliau adalah Imam Abu Hanafi. Kemudian beliau
mulailah bercerita.
“Ketika saya sedang melaksanakan ibadah Haji kemarin, tampa sadar saya
telah melakukan lima kesalahan. Namun kemudian ada seorang tukang cukur
yang selalu menegur dan mengajari asa” Kata Imam Abu Hanafi.
Bertahallul adalah salah satu dari rukun ibadah haji. Karena itulah maka
Imam Hanafi datang kepada seorang tukang cukur untuk memotong rambut
kepalanya.
“Berapa ongkosnya? Tanya Hanfi.
“Semoga Allah memberimu hidayah. Sebenarnya dalam ibadah haji itu
tidaklan menjadi kewajiban. Silakan and duduk dan berikan sesuatu
seiklas hati tuan”. Jawab tukang cukur.
Lalu dengan perasaan malu dengan membelakangi kiblat. Kembali tukang cukur itu menegurnya.
“Duduklah dengan menghadap kiblat”, katanya.
Betapa malunya Imam Hanafi mendapat teguran itu, namun setelah beliau
sadar bahwa sebuat kebenaran itu tak pandang dari siapa datangnya dan
apapun kedudukannya, meskipun ia hanya seorang tukang cukur. Kemudian
Imam Hanafi menyodorkan bagian kepala kirinya untuk dipotong rambutnya.
Dan tukang cukur itupun menegurnya kembal.
“Putarlah kearah kanan ! Karena yang demikian itu lebih baik”. Katanya.
Dengan taat Imam Abu Hanafi melaksanakan perintahnya. Sang Ulama besar
itu tak dapat berkutik karena sangat malu. Dan beliau hanya duduk
terdiam sambil memperhatikan tukang cukur itu.
“Mengapa tuan hanya diam saja, Bertakbirlah” Kembali si tukang cukur
tersebut menegurnya, sehingga Imam Hanafi pun dibuat malu untuk kesekian
kalinya. Namun beliau tetap melaksanakan tegurannya itu. Usai dipotong
rambut kepalanya, Lalu imam Abu Hanafi berdiri meninggalkannya.
“Mau kemana?”. Tanya tukang cukur itu.
“Akan meneruskan perjalanan”. Jawab Imam Abu Hanafi.
“Sholatlah dua rakaat sebelum tuan meneruskan perjalanan”, Pesan tukang cukur itu.
Maka dipatuhilah perintah tersebut, dengan melaksanakan sholat dua rakaat.
“Tak mungkin seorang tukang cukur bisa?”Tanya Imam Abu Hanafi dalam
hati. Dengan memberanikan diri, akhirnya beliau bertanya kepada tukang
cukur itu.
“Dari mana engkau peroleh ilmu tersebut?” tanya Imam Abu Hanafi.
“Ilmu Allah itu saya peroleh dari Atha’ bin Rabbah.” Jawab situkang cukur itu.
“Siapa dia”, Tanya Imam Abu Hanafi tampak penasaran. Kemudian situkang cukur itu pun menjawab kembali
“Atha’ bin Rabah adalah seorang budak keturan Habsyi, namun ia seorang
yang sangat dihormati karena tingginya ilmunya. Dan ia juga adalah
seorang ulama yang hidup pada abad pertama hijriyah dan berhak
menberikan fatwa di Masjid Haram.
Inilah sebuah kebuktian janji Allah terhadap umatnya, Yang diturunkan
lewat Al-Qur’an bahwa Allah akan meninggikan derajat suatu kaum Yaitu
karena Ilmunya, Semoga kisah tukang cukur dan Imam Abu Hanafi itu
menjadi pelajaran bagi kita, bahwa kita harus selalu menghargai setiap
orang, karena orang yang mungkin kita anggap hina dihadapan manusia
namun sangat mulia dihadapan Allah S.W.T.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar